Cerita Dewasa Ngentot Dengan Ibu Mertua di Dapur
Minggu, 02 April 2017
Pada suatu sore yang cerah, aku sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu istriku pulang dari kerja. Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan masuklah ibu mertuaku, seorang wanita cantik berusia 48 tahun dengan tubuh yang masih seksi.
"Apa kabar, Nak?" sapanya ramah sambil melepas jaketnya.
"Aku baik-baik saja, Bu. Ibu terlihat lelah, mau aku sediakan minuman untukmu?" tanyaku sopan.
"Oh tidak perlu, Nak. Aku hanya ingin duduk sebentar sebelum memasak untuk keluarga," jawab ibu mertuaku sambil duduk di sofa.
Aku berdiri dan menyambutnya dengan hangat. Saat melihatnya duduk dengan postur tubuh yang mempesona, pikiranku mulai melayang kemana-mana. Aku merasa tergoda oleh kecantikan ibu mertuaku dan tak bisa menahan desiran nafsu yang menggelora di dalam hati.
Beberapa saat kemudian, istriku pun pulang dan bergabung dengan kami di ruang tamu. Kami pun bergegas beranjak ke dapur untuk makan malam bersama. Di dapur, suasana semakin hangat dan akrab. Ibu mertuaku sibuk memasak sementara aku dan istriku duduk di meja makan.
Setelah makan malam selesai, istriku pamit untuk mandi dan tidur lebih awal karena besok ia harus bangun pagi. Aku pun membereskannya dan kembali ke dapur untuk membantu ibu mertuaku mencuci piring.
"Terima kasih sudah membantuku, Nak. Aku sebenarnya cukup lelah hari ini," ucap ibu mertuaku sambil mengelap keringat di dahinya.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku senang bisa membantu," jawabku sambil tersenyum.
Kami berdua pun sibuk membersihkan dapur dan saling bercerita. Semakin lama, atmosfir di dalam dapur semakin intim dan hangat. Aku bisa merasakan tatapan ibu mertuaku yang begitu intens dan penuh arti. Nafsu birahiku semakin memuncak dan aku mulai tergoda untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.
Tanpa berpikir panjang, aku mendekatiku ke arah ibu mertuaku dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Ibu mertuaku terkejut namun ia tidak menolak. Malah, ia membalas ciumanku dengan penuh gairah dan nafsu yang sama. Kami pun saling berpelukan dan menjatuhkan diri ke sofa di dapur.
Aku mulai meraba-raba tubuh ibu mertuaku yang masih rapat dan kencang. Aku meraih buah dadanya yang montok dan empuk sambil terus menciumi bibirnya dengan ganas. Ibu mertuaku pun merespon dengan bergairah dan membiarkan nafsuku memimpin.
"Kenapa kita melakukannya, Nak? Kita seharusnya tidak boleh," bisik ibu mertuaku sambil terengah-engah.
"Aku tak bisa menahan nafsu birahiku, Bu. Kamu terlalu menggodaku," jawabku dengan napas tersengal-sengal.
Tanpa menunggu respons dari ibu mertuaku, aku pun langsung melepas bajunya dan menyingkap bra yang melindungi payudaranya. Aku terpesona melihat putingnya yang keras dan menggoda. Aku pun mulai menjilati dan menghisapinya dengan rakus sambil sesekali membelai tubuhnya yang mulus dan indah.
"Ihhh... Nak... lebih hati-hati... ahhh..." erang ibu mertuaku sambil menikmati sentuhan-sentuhan birahiku.
Kami berdua semakin terbakar oleh nafsu yang meluap-luap. Aku membuka kancing celana ibu mertuaku dan meraba-raba memeknya yang sudah basah oleh dahaga birahi. Aku menelusupkan jari-jari tengahku ke dalam vaginanya dan mulai menggerak-gerakkannya dengan penuh gairah.
"Ohh ya... lebih dalam, Nak... ahh... nikmat sekali," desah ibu mertuaku sambil menikmati penetrasi jariku yang semakin dalam.
Tak lama kemudian, aku pun meloloskan kontolku yang sudah tegak menantang keluar dari celanaku. Aku mengarahkannya ke arah memek ibu mertuaku yang sudah siap untuk menerima penetrasi. Dengan penuh nafsu, aku pun mulai memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sempit dan tertutup.
"Ahhh... Nikmatnya... Nak... ahh... terus... ohh... lebih dalam," desah ibu mertuaku sambil menahan rasa nikmat yang memuncak di dalam dirinya.
Aku terus menggenjot tubuh ibu mertuaku dengan penuh gairah dan nafsu. Kontolku terus menyodok masuk dan keluar dari memeknya yang semakin basah. Suara desahan dan erangan birahi kami memenuhi ruang dapur yang gelap dan penuh nafsu.
Sejenak kemudian, ibu mertuaku pun merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar dan vaginanya menyempitkan cengkeraman pada kontolku yang tengah menyodoknya dengan cepat. Aku pun tak lama kemudian mengalami orgasme yang luar biasa dan memuntahkan spermatku ke dalam memeknya yang basah.
Kami saling memeluk erat sambil menciumi bibir satu sama lain dengan penuh gairah. Nafas kami berdua masih terengah-engah dan tubuh kami masih terasa hangat oleh birahi yang baru saja dilepaskan. Aku tahu bahwa apa yang telah terjadi adalah salah dan tidak seharusnya, namun aku tak bisa menyangkal kenikmatan yang baru saja aku rasakan.
Setelah itu, kami pun berdandan dan bergegas kembali ke ruang tamu sebelum istriku menyadari keberadaan kami di dapur. Kami berdua berpura-pura seperti biasa dan berusaha menyembunyikan rasa bersalah dan nafsu yang masih tersisa di dalam diri kami.
Sejak hari itu, hubungan antara aku dan ibu mertuaku tidak pernah sama lagi. Kami berdua sering kali terlibat dalam hubungan gelap dan terlarang yang penuh nafsu dan gairah. Meskipun kami berusaha menyembunyikan rahasia ini dari istriku dan keluarga kami, namun kami tahu bahwa suatu hari rahasia ini akan terbongkar dan membawa konsekuensi yang besar bagi semua orang yang terlibat.
Namun, saat ini aku hanya memikirkan kenikmatan yang baru saja aku rasakan dengan ibu mertuaku di dapur. Nafsu dan gairah masih terus menyala di dalam diriku, siap untuk menghantarku pada petualangan birahi yang lebih ganas dan terlarang di masa mendatang.